Kamis, Agustus 16, 2007

Harga Bintang Lima, Kualitas Kaki Lima - Konser Avenged Sevenfold di Tennis Indoor Senayan,7 Agustus 2007

Ekspektasi yang terlalu tinggi akan suatu hal bisa menghancurkan. Contohnya, ketika janjian untuk blindate, dan anda mengkhayalkan si dia secakep mungkin. Setelah seminggu penantian dengan segala macam persiapan agar anda tampil maksimal akhirnya anda harus menerima kenyataan dia bukanlah Miss Universe ato Sang Pangeran tampan. Kekecewaan yang anda derita akan sulit sekali diobati. (Ini intro najes banget seeh…)

Kejadian yang kurang lebih sama belom lama ini gw alami. Cerita bermula dari kabar kedatangan satu-satunya grup band ABG kesukaan gw, yaitu Avenged Sevenfold, yang dikenal juga dengan singkatan A7X. Mereka terdiri anak-anak muda berusia 20 tahunan yang fasih membalut musik Metal ala Iron Maiden, Rock N Rollnya Guns N Roses dan attitude Punk Rock. Skill mereka sungguh di atas rata-rata band anak sekarang. (Untuk ulasan yg meninggi-ninggikan A7X sebenernya bisa dibaca di sini).

Sungguh diluar dugaan bahwa A7X akan datang ke Jakarta mengingat mereka adalah band yang baru naik daun dan albumnya ga beredar resmi di sini. Gw aja cuma punya CD “City of Evil” yang didapat di distro Ish Kabible dengan harga impor (baca: mahal, njing!). Namun ketika tahu konser akan diadakan oleh promotor sebesar Java Musikindo, gw menduga-duga mungkin cukup banyak penggemar mereka di sini, terutama para ABG.

Memang promosi yang dilakukan Java tidak segencar band-band lainnya, seperti Good Charlotte ato Muse. Media yang digunakan - sejauh pengamatan gw - cuma poster. Dan setelah investigasi yang cukup mendalam, diperoleh kesimpulan bahwa area penyebaran poster kebanyakan di distro-distro yang notabene banyak dikunjungi para ABG. Sebuah strategi yang cukup jitu, IMHFO (In My Humble Fucking Opinion). Tapi ada kemungkinan lain. Java tidak menggunakan media billboard karena keburu dipake Fauzi Bowo buat kampanye. (Tanggal konser A7X adalah 7 Agustus 2007, sehari sebelum tanggal pencoblosan Gubernur DKI Jakarta). Di daerah Tebet, gw juga menemukan ada indikasi perobekan poster-poster A7X yang digantikan oleh poster Fauzi Bowo. (maruk banget nih orang).
Kedatangan gw di lokasi konser agak terlambat karena ulah orang tidak bertanggungjawab yang menebar paku di jalan Gatot Subroto. Akibatnya, motor yg gw boncengi ama temen gw harus ditambal ban dulu. Kejadian ini agak de-javu sewaktu nonton konser Exploited di Bandung (baca di sini).
Setelah motor beres, kita langsung meluncur ke Senayan. Setibanya di sana udah ketinggalan band pembuka, Endank Soekamti. But what da hell, mood gw lagi pengen nonton Metalcore bukannya Pop-Punkcore.Di dalam gedung pertunjukan, suasana cukup ramai namun santai. Jeda waktu antara band pembuka dan A7X agaknya cukup lama, sehingga terlihat beberapa orang yang udah resah. Thank god A7X blon mulai…
Penonton bersorak ketika nampak The Reverend duduk di balik drumsetnya. Kemudian secara bersamaan muncul para personil A7X lainnya. Tennis Indoor langsung bergetar oleh musik Beast and The Harlot, sebuah nomor yg cukup kencang dari A7X. Mau gak mau, gw ikut loncat-loncat bareng ABG-ABG itu sambil mengacungkan salam tiga jari ke udara. Hell Yeah!
Diantara gemuruhnya suasana konser, sebenernya ada yang ga beres. Kenapa sound yang keluar jelek gini ya? Nyampur semua kayak tai kebo. Vokal M Shadows terkubur. Begitu pula dengan suara drum The Reverend. Padahal gw suka banget sama permainan ni anak. Sound gitar Synyster Gates paling keras sendiri, nggak enak kayak gitar dangdut. (Atau mereka mencoba jadi grup Metaldut, karena konser di Indonesia? Hmm…)
A7X berturut-turut membawakan nomor-nomor kencang seperti Burn It Down, Unholy Confessions, Chapter 4. Kemudian slow down sebentar dengan lagu bergaya sweet ballad, Seize the Day. Tapi suasana galau gak bertahan lama, karena A7X menggeber lagi lewat lagu Trashed and Scattered. Mereka memberi sneakpeak album terbaru mereka dengan membawakan single pertama, Almost Easy. Masih ngerock, tapi kurang yahud siy, menurut gw. Nomor berikutnya adalah I Won’t See You Tonight. Kayaknya diambil dari album mereka yang lama. Setelah itu lampu Tennis Indoor mendadak padam dan para personil A7X ngacir ke belakang layar. Apaan nih? Udah bubaran? Penonton otomatis meminta “we want more” karena merasa belom puas. Masa blom mainin lagu hitsnya?
Benar saja, ga lama digeberlah lagu jawara mereka, Bat Country. Nomor yang menjadikan mereka superstar karena videonya menjadi no.1 di acara MTV TRL. Penonton menghayati detik demi detik dari lagu tersebut. Cukup mengasyikkan. Keriaan tak berlangsung lama karena begitu lagu selesai mereka langsung pamit dan menghilang dari panggung. Apa-apaan lagi nih? Masa segitu doank? Beberapa penonton mulai resah karena ga ada tanda-tanda band akan bermain lagi. Ada yang teriak-teriak minta balikin duit karena ga puas. Sama, gw juga ngerasa konser NOFX seharga Rp80rb jauh lebih asik daripada konser ini yang berharga Rp300ribu!
Apa pelajaran yang bisa dipetik dari kisah ini, adik-adikku yang manis? Jangan sepenuhnya percaya kalo EO besar yg ngadain acara pasti akan memuaskan. Kemudian berhati-hatilah kalian yang mengendara motor karena banyak paku bertebaran di jalan.

2 komentar:

Berto09 mengatakan...
Komentar ini telah dihapus oleh administrator blog.
Berto09 mengatakan...

Lho, total berapa lagu yang mereka mainkan?
soundnya jelek banget yah waktu itu?

Ane juga a7x lovers, tapi ane paling demen pas album "City of Evil"