Rabu, September 28, 2011

Bad Religion, Bad Marketing

Setelah Marky Ramone, satu lagi legenda Punk Rock sudi mampir ke Jakarta, yaitu Bad Religion. Band yang udah berdiri sejak 1980 di Los Angeles ini termasuk band Hardcore Punk yang paling awet.


Di Indonesia, nama Bad Religion baru beken di dekade 90-an, saat Rock Alternatif (termasuk Punk) menjadi trend. Album "Recipe For Hate" yang dirilis tahun 1993 dengan hits "American Jesus" dan "Struck A Nerve" adalah salah satu karya Punk yang wajib dikoleksi. Di tahun berikutnya, mereka juga masuk dalam kompilasi Punk-O-Rama dengan lagu "Do What You Want". Kemudian pada 1995, dirilis album kompilasi berjudul "All Ages" yang memuat lagu-lagu terbaik Bad Religion dari tahun 1982-1992. Tahun 1996, mereka hadir lagi dengan album Gray Race yang mempopulerkan "Punk Rock Song". Sayang, setelah trend alternatf memudar, album2 mereka gak dirilis lagi di Indonesia. Pokoknya Bad Religion cukup dikenal lah buat rockers di era 90-an.


Makanya begitu dengar berita Bad Religion akan main di Gelora bung Karno pada tanggal 20 September kemarin, sambutan masyarakat begitu meriah. Namun kegembiraan itu sedikit luntur ketika diketahui Bad Religion akan manggung bersama Yellowcard dan Panic at the Disco dalam sebuah festival bernama Big Wave.


Sebuah strategi pemasaran yang luar biasa aneh. Menggabungkan Punk Rock garis keras dengan band2 ABG wangi? Ditambah lagi harga tiket yang lumayan mahal. Tiket Festival Rp450.000, sedangkan Tribun Atas yang letaknya jauh sekali dijual Rp200.000. Kalo nggak melihat genrenya, mungkin wajar--dengan harga segitu--bisa nonton band2 kelas dunia. Tapi publik Punk Rock nggak akan rela membayar lebih untuk mendengarkan band2 ABG itu! Dan gue rasa begitu pun sebaliknya, para fans Yellowcard dan Panic at the Disco gak akan ngerti musik Bad Religion. 


Gue--dengan bantuan seorang teman--akhirnya dapet tiket Festival seharga Rp200.000. Kita masuk ketika Panic at the Disco lagi main. Benar saja, yang menonton mereka itu cuma cewe2 ABG yang jumlahnya gak terlalu banyak. Tribun Atas terlihat kosong. Kabarnya, panitia menyuruh penonton yang telah membeli tiket Tribun Atas untuk turun ke tribun bawah atau festival supaya keliatan rame. 


Kelar Panic at the Disco, mulai terlihat pergantian komposisi penonton. Yang cakep-cakep pada pulang, digantikan penonton Bad Religion yang kebanyakan para begundal. Setelah 10 menitan menunggu, tampaklah Jay Bentley, sang bassis yang sudah beruban. Disusul drummernya yang paling muda, Brooks Wackerman, gitaris Greg Hetson dan Brian Baker, dan tentu saja Greg Graffin, sang professor Punk. Brett Gurewitz (gitar) kali ini nggak hadir karena sibuk ngurusin Epitaph records, label miliknya. Bad Religion langsung menghentak dengan lagu...eh, lagu apa nih gue gak tau? Sepertinya lagu baru. Ya, gue baru tau beberapa judul lagu mereka setelah dapet bocoran songlist keesokan harinya. Jadi yang pertama itu berjudul "Resist Stance" diambil dari album terbaru "The Dissent of Man", yang dilanjutkan dengan "Social Suicide" dari album "The Empire Strikes First", tahun 2004. Nah, lagu ketiga semua orang pasti tau, yaitu "21st Century Digital Boy". Langsung dah meledak tuh satu GBK.


Songlist mereka sangat cerdas, dengan komposisi 50-50 antara lagu lama dan lagu baru. Jadi gue--dan gue yakin sebagian besar penonton--berselang-seling antara menyanyikan lagu yang mereka tau dan bengong karena baru denger.


Yang stand out tentu saja lagu-lagu klasik mereka, seperti: "Atomic Garden", "Conquer the world", "Do What You Want", "Modern Man", "Anesthesia", "Generator", "Fuck Armageddon This Is Hell". Setelah puas dengan performa apik mereka, Bad Religion--biasa--pura-pura udahan.


Nggak lama menunggu, mereka muncul lagi dengan intro yang amat teramat sangat familier, apalagi kalo bukan "American Jesus"! Koor Punk pun dimulai lagi. Lagu berikutnya gak kalah mantap--favorit gue--"Infected". Ini lagu lama Bad Religion yang pernah gue rekam video klipnya waktu jaman MTV Alternative Nation (dengan video Betamax, tentu saja). Nomor pamungkas adalah "Sorrow" dari album "The Process of Belief" tahun 2002. Lagu yang cukup unik ini seakan menegaskan bahwa Bad Religion gak terlena dengan sukses di era lamanya, tapi akan terus berkaya dan berinovasi.


Jadi overall, ini adalah konser yang sangat apik, walaupun belom bisa ngalahin sensasi yang gue dapat di konser Marky Ramone's Blitzkrieg. Tapi hey, Marky kan emang lebih dulu eksis dari Bad Religion. Jadi wajar lah. Walau sempat dibuat kesal oleh taktik marketing organizer yang pretty bad, shownya sendiri berjalan lancar--alias veeerry good dan meninggalkan kesan mendalam.


Check out the video below.

















Tidak ada komentar: