Kalau elo seorang drummer, doyan Punk rock, ditambah lagi ga doyan ngerokok, alangkah anehnya kalo sampe gak nonton Rockvolution 2011. Festival Rock (Indie) yang antara lain disponsori Komnas Pengendalian Tembakau ini memboyong Marky Ramone's Blitzkrieg, band terbaru dari drummer Punk legendaris, Marky Ramone.
Rockvolution berlangsung pada 23 dan 24 Juli 2011, bentrok dengan Java Rocking Land yang disokong Gudang Garam. Penggemar musik rock benar-benar dibuat bingung pada waktu itu. Terutama di tanggal 24, harus memilih antara menonton legenda Metal, Helloween di Java Rocking Land atau dedengkot Punk, Marky Ramone's Blitzkrieg di Rockvolution. Kalo gue sih gak bingung, karena alasan-alasan di atas.
Rockvolution hari pertama menampilkan The Datsuns, band garage rock dari Australia. Menarik juga sebenernya--tapi berhubung dana dan energi yang terbatas--gue skip dah. Band-band luar lainnya adalah Tonight Alive dan Destine. Gue juga kurang familiar dengan band-band baru (baca: ABG) ini.
Gue hadir di hari kedua Rockvolution, pas Getah lagi main. Cukup mengejutkan, karena mereka berkolaborasi dengan pemain harpa Maya Hasan. Tapi kekaguman berhenti di situ saja, karena musiknya kurang menarik buat gue. Band berikutnya adalah Deadsquad, yang dibintangi duo gitaris andal, Coki (Netral) dan Stevie (Andra and the Backbone). Komposisi-komposisi deathmetal njelimet ini sangat menarik untuk disimak, kalo sound-nya bener :P
Koil berada di urutan selanjutnya, masih dengan sound yang kurang memuaskan. Untung saja Otong cukup menghibur dengan lawakan-lawakan khasnya, menunjukkan bakatnya sebagai seorang stand-up comedian.
Selepas break maghrib, para begundal dari pulau Dewata pun menginvasi panggung. Yup, Superman Is Dead langsung menggempur dengan energi punk yang tinggi. Saking tingginya, sampai-sampai permainan gitar Bobby dan pukulan drum Jerinx sering meleset. Ups...
Penampil berikutnya--masih dari ranah Punk Rock--adalah Rufio. Band asal Amrik yang mengusung Melodic Punk model NoFX ini sepertinya punya banyak penggemar di sini, tapi sayang gue bukan salah satunya. Yang bikin tambah gondok adalah mereka terlihat amat betah di atas panggung, melewati batas 1 jam yang ada di jadwal. Bagaimanapun, sound mereka terdengar lebih baik dari band-band lokal yang tampil sebelumnya.
Netral mengisi panggung berikutnya. Seperti biasa, mereka terdengar seperti band nge-jam kalo di atas panggung, dengan improvisasi liar yang dipimpin Eno. Di pertengahan acara, Eno berduet dengan seorang DJ--gak tau namanya--menghasilkan beat-beat hip-hop funky seperti halnya pengikut Travis Barker yang baik.
Di tengah-tengah penampilan Netral, gue udah manteng di depan panggung tempat Marky Ramone's Blitzkrieg bakal main. Tata panggungnya cukup minimalis, hanya menonjolkan backdrop raksasa bergambar logo Marky Ramone's Blitzkrieg di belakang set drum Marky. Settingan drum Marky sendiri gak kalah minimalis, yaitu 4-piece: masing-masing sebuah bass drum, snare drum, tom-tom, dan floor tom. Yang unik adalah tom-tomnya nggak pake drumhead pada bagian bawahnya. Ini menghasilkan suara yang kurang beresonansi, lebih kentara attack-nya (maaf, omongan khusus drummer nih). Sebuah teknik yang lazim dilakukan drummer-drummer rock tahun 1970an.
"Hey ho...let's go! Hey ho...let's go!" berulangkali para penonton bersorak. Mereka--termasuk gue--udah nggak sabar untuk ber-pogo, moshing, crowd surfing, dan perilaku-perilaku menyimpang lainnya. Maka begitu satu-persatu personil Marky Ramone's Blitzkrieg--Michale Graves (vokal, ex-Misfits), Alex Cane (gitar), Clare (bas), dan Marky Ramone (drum)--memasuki panggung, bergemuruhlah itu satu Lapangan D Senayan. Marky Ramone memberi salam kepada para fans Indonesia yang sudah menanti sejak kemunculan Ramones di tahun 1974.
"One, two, three, four!" aba-aba untuk memulai lagu khas Ramones kali ini dipakai oleh Marky Ramone's Blietzkrieg. Ini juga pertanda bagi penonton untuk menggila. Debu yang semakin tebal beterbangan akibat hentakan kaki dari gerakan pogo ribuan penonton tak dipedulikan lagi karena mereka telah terasuki sihir Marky Ramone dan kawan-kawan.
Gue tadinya sempat ragu kalo Marky bisa menjaga staminanya bermain drum. Bahkan gue pikir dia bakal "menyederhanakan" pattern drumnya--terutama permainan hi-hatnya--yang lumayan susah. Ternyata, selain nggak mengubah pattern drumnya, Marky sanggup membawakan lebih dari 20 lagu hits Ramones secara non-stop! Sewaktu Green Day konser di Jakarta tahun 1994, mereka pun menggunakan trik ini, yang bikin gue takjub. Dan malam itu gue baru nyadar kalo Green Day mencurinya dari Ramones.
'Beat on the brat', '53rd & 3rd, Commando', 'Pinhead', 'Sheena is a punk rocker', 'Rockaway beach', 'Teenage Lobotomy', 'I don't care', 'I just wanna have something to do', 'I wanna be sedated', 'Rock n roll high school', 'the KKK took my baby away', 'I believe in miracles', 'Pet sematary', adalah beberapa lagu Ramones (yang gue inget) yang dibawakan di sesi pertama ini.
Setelah itu, mereka sok-sok udahan. Koor "we want more" dari penonton pun membuat Michale Graves gak lama nongol dari persembunyiannya. Dengan berbekal gitar akustik, ia membawakan sendiri lagu-lagu Misfits, seperti 'Saturday night'. Penonton turut ber-singalong. Sedikit dia mengucapkan pesan perdamaian, terkait dengan penembakan di Norwegia yang baru terjadi. Kemudian dia pun ngilang lagi ke belakang panggung.
Ngga lama berselang, semua personil Marky Ramone's Blitzkrieg balik lagi ke panggung. Ternyata sekarang adalah sesi cover version. Mereka membawakan lagu-lagu milik orang lain, seperti 'Have you ever seen the rain', 'Wonderful world' dan 'Dig up her bones'. Lalu mereka pura-pura pamit lagi.
Penonton belum puas. Mereka terus meneriakkan "Hey ho let's go!", penggalan lirik dari lagu Blitzkrieg Bop yang belum dibawakan. Benar saja, Marky dkk pun nongol lagi. Kali ini mereka membawakan lagu baru milik sendiri, 'If and when', dan 'When we were angels'. Lalu tibalah saat yang dinanti-nantikan...riff gitar yang teramat familiar pun meledakkan Lapangan D Senayan. Yak, saatnya berpogo dengan 'Blitzkrieg Bop!' Sebuah momen penuh ekstasi yang nggak tergantikan. Untung, lapangan telah sedikit basah oleh hujan sehingga debu yang beterbangan nggak terlalu parah. Semua berpogo seperti itu adalah pogo yang terakhir.
Boleh jadi ini adalah konser terbaik yang pernah gue rasakan. Penonton dan artisnya benar-benar melebur menjadi satu. Marky Ramone pun menegaskan lagi filosofi Punk, bahwa lo ga perlu jadi jenius untuk menjadi seorang rocker/musisi yang hebat. Just go out there and do it!
Check out video yang gue ambil di bawah. Gue cuma sempet ngambil satu ini, karena sibuk pogo!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar