Steve Jobs memang arogan. Bahkan sampai menjelang kematiannya. Ia begitu percaya diri sampai beranggapan bahwa orang yang pantas menulis biografinya hanyalah Walter Isaacson, mantan editor majalah Time yang sebelumnya menggarap biografi Benjamin Franklin dan Albert Einstein.
Selain faktor arogan, alasan Steve Jobs memilih Walter Isaacson adalah karena Isaacson sanggup membuat banyak orang bicara dengan jujur. Ya, di luar kebiasaannya yang suka mengatur, kali ini Steve Jobs benar-benar membebaskan Isaacson untuk menulis tentang dirinya dengan apa adanya, tanpa sensor (seperti review ini).
Dan bagaimana hasilnya? Wawancara intensif Isaacson dengan ratusan orang yang bersinggungan di kehidupan Jobs, ditambah lagi pertemuannya dengan Jobs selama lebih dari empat puluh kali, menghasilkan sebuah buku setebal 742 halaman (versi Bahasa Indonesia) dengan tingkat kecermatan yang tinggi.