Terus terang pertama kali gue tergerak untuk membaca Perahu Kertas - novelnya Dewi Lestari - adalah karena gue dengar ceritanya nyerempet2 dunia periklanan. Ya, gue tahu di dalamnya ada kisah cinta antara 2 tokoh, Kugy dan Keenan yang sama2 berkepribadian nyentrik. Tapi gue nggak nyangka juga kalo novel ini adalah sebuah roman sejati, lengkap dengan sengala ke-"menye-menyean"-nya.Kekhawatiran akan kegalauan Perahu Kertas gue rasakan setelah membaca lebih dari 1/4 isi buku. Gue pengen berhenti, tapi entah kenapa ga bisa (damn you, Dee!). Gue udah terseret ke dalam adiksi yang bisa disamakan dengan betahnya anak2 4L4Y menonton sinetron. Ingatan gue langsung ke masa2 "guilty pleasure" di Bandung, yaitu mantengin VCD Meteor Garden bareng anak2 kontrakan, lalu "Kuch Kuch Hotta Hai", "Titanic", oops, i think i should stop now.
