Julukan “the most dangerous band in the world” mungkin udah nggak pantes disandang oleh Guns N’ Roses selepas masa jaya mereka --akhir 1980an sampai pertengahan 1990an, tapi kalo “the most sensasional band in the world”, mungkin masih bisa.
“Atas alasan keamanan, konser Guns N’ Roses malam nanti dibatalkan”. Begitulah twit dari TMC Polda Metro, siang hari tanggal 15 Desember 2012. Kabar itu tentu mengejutkan bagi gue dan ribuan fans yang udah siap meluncur ke Lapangan D Senayan untuk menyaksikan mereka malam harinya.
Tanpa berita resmi dari sang promotor-- IndikaPro--berita itu bisa dibilang ngegantung laksana biji. Tayangan MetroTV pun kurang membantu. Mereka cuma memberitakan para calon penonton Guns N’ Roses yang udah dateng di Lapangan D, pada kebingungan karena pada nggak bisa beli karcis. Sang reporter lalu melaporkan kalo konser dibatalkan karena polisi takut penonton terkena petir kalo hujan turun. Ya, memang malam sebelumnya hujan super deras mengguyur Jakarta. Tapi takut kesambar petir? Alasan yang cukup aneh...
Sore hari menjelang malam, barulah ada kabar dari IndikaPro lewat akun twitternya. Mereka membenarkan bahwa konser Guns N’ Roses malam itu dibatalkan karena masalah cuaca dan diganti keesokan harinya, minggu tanggal 16 Desember 2012 di Mata Elang International Stadium (MEIS), Ancol. Namun yang paling mengejutkan buat gue adalah....waktu pertunjukan jadi jam satu siang!!! Sungguh absurd. Mana cocok konser rock n’ roll di siang bolong?
Berbagai gosip berseliweran tentang alasan sebenarnya dari perubahan tanggal dan venue tersebut. Ada yang bilang Axl nggak suka dengan kondisi Lapangan D yang kondisinya cukup mengenaskan (Lapangan D Senayan itu lapangan bola yang rumputnya botak, jadi kalo ujan udah pasti bakalan becek dan kalo panas berdebu), trus ada juga yang bilang Guns N’ Roses telat dateng jadi gak sanggup konser jam segitu, dan teori dari gue sendiri yang beranggapan pihak polisi yang nggak siap mengamankan konser. Sampai sekarang gue masih blom tau versi mana yang bener, tapi yang jelas Guns N’ Roses (atau Axl?) berhasil membuat sensasi lagi.
MEIS (Mata Elang International Stadium) Ancol memang tempat yang jauh lebih layak daripada Lapangan D Senayan. Selain bebas hujan (karena indoor), gedung ini masih baru dan memang diperuntukkan bagi pertunjukan musik sehingga (seharusnya) akustiknya bagus.
MEIS juga menjadi lokasi konser “Back On Bass”-nya Sting pada tanggal 15 Desember. Jadi sebelum perubahan dari Guns N’ Roses, terjadi bentrok jadwal antara konser Sting dan Guns N’ Roses, yang memaksa penggemar rock untuk memilih di antara keduanya. Kini, mereka yang sebelumnya menonton Sting, jadi bisa nonton Guns N’ Roses keesokan harinya. Tentu saja, yang gue maksud disini adalah penggemar rock dengan duit berlebih, bukan gue yang pake tiket gratisan. Hehe...
Gue masuk ke venue pukul 12an, dan kebetulan dapat tiket Festival A sehingga posisi cukup dekat dari panggung. Tepat pukul 1, para crew terlihat melakukan soundcheck. Penonton pun makin resah dengan teriakan-teriakan membahana. Dan akhirnya, kira-kira pukul 1.20, terdengar musik tema serial favorit gue, Mad Men. Lalu tak lama, muncullah para personil Guns N’ Roses!
Intro “Chinese Democracy” terdengar meraung-raung. Lagu yang bernuansa industrial dari album terakhir mereka dengan judul yang sama ini, cukup bikin penonton histeris. Musik pengiring dan vokal Axl terdengar mirip di rekaman, setelah sebelumnya gue sempat pesimis karena formasi sekarang beda dengan yang di rekaman. Dulu gitarisnya masih Buckethead dan Robin Finck, sedangkan sekarang ada tiga: Richard Fortus, DJ Ashba, dan Bumblefoot.
Lagu kedua dibuka dengan intro gitar yang amat familiar. Tentu saja, itulah lagu “Welcome to the Jungle”! Penonton pun semakin liar.
Penampilan Axl kini lebih mirip seorang redneck daripada rocker. Mungkin sadar tubuhnya nggak selangsing dulu, ia harus puas dengan mengenakan rompi, topi koboi dan celana jeans longgar. Beda dengan dulu yang gemar memakai baju lekbong berbahan kulit, atau di era Use Your Illusion yang sering bercelana super pendek.
Karakter vokal Axl pun sedikit berubah. Seperti di album Chinese Democracy, Axl kini lebih bernyanyi dengan teknik yang “lebih benar”. Ketika mencapai nada-nada tinggi suaranya cenderung clean, nggak pake teriak kayak dulu. Efeknya, mungkin jadi kurang gahar, tapi yang jelas suaranya jadi stabil dari awal konser ampe akhir.
Kemudian mengenai musisi pengiringnya. Seperti yang kita tau, Guns N’ Roses sekarang dicela-cela sebagai Axl and friends, atau sebagai the best GN’R tribute band. Ya, memang anggota asli GN’R tinggal Axl seorang. Anggota lain yang paling lama adalah keyboardis Dizzy Reed, yang masuk tahun 1994 kala menggarap dobel album Use Your Illusion. Sisanya adalah anggota-anggota baru: gitaris DJ Ashba yang dekat dengan geng Motley Crue dan bergaya mirip Slash, gitaris Bumblefoot yang menurut gue paling jago, dan Richard Fortus yang wujudnya mirip-mirip Izzy Stradlin. Bassisnya adalah Tommy Stinson, mantan anggota band punk legendaris, The Replacements (ada apa dengan Axl dan bassis punk?). Frank Ferrer --sang drummer-- gue nilai pukulannya gak se-hard rock Matt Sorum tapi juga gak se-rock n’ roll Steven Adler. Jadi gimana tuh? Doi gak banyak show off, tapi bisa menjaga tempo stabil sepanjang konser. Yang terakhir adalah keyboardis satu lagi (!), bernama Chris Pitman.
Total ada 8 orang anggota Guns N’ Roses sekarang. Berlebihankah? Segitu takutkah Axl sampe perlu dilindungi 7 orang temannya? Hehe....Kalo dilihat dari konser ini sih nggak. Jadi di konser ini GN’R memainkan sekitar 30 lagu dalam waktu hampir 3 jam. Nah di tiap-tiap lagu tuh tiga gitaris itu bergantian ngisi solo gitar (jadi kayak kerja shift-shiftan aja). Aransemen lagu-lagu lama GN’R pun nggak diubah sama sekali. Sebuah langkah yang bijak, karena lagu-lagunya emang udah sempurna.
Basically, rundown konser masih mengikuti pola konser GN’R lama: ajrut-ajrutan di awal, lalu sesi lagu-lagu hits, solo gitar, solo piano, dan encorenya adalah lagu Paradise City. Kemudian di akhir konser, seluruh personil sambil berpelukan, membungkuk kepada para penonton. Mungkin ini bukan formasi terbaik GN’R, tapi jelas mendekati. Axl benar-benar tau cara menjaga kualitas band. Termasuk juga dalam hal pemindahan venue? Mungkin.
2 komentar:
Biarpun bukan 'the most dangerous band' lagi tapi liriknya masih keras tapi jujur.
Tak penting julukan the most dangerous band, yg saia liat gnr formasi baru adalah kumpulan org hebat, kompak, dewasa, dan full skill.
Posting Komentar